Keadaan psikologis seorang pria ternyata bisa membuat ukuran organ vitalnya menyusut. Demikian diungkapkan urolog Cleveland Clinic, Drogo Montague MD, seperti dilansir Webmd. "Stres psikologis melibatkan sistem saraf simpatik, dan stres punya dampak sama dengan siraman air dingin pada penis," tandas Montague.
Sama seperti ereksi, penis pun dapat 'layu' tanpa diperintahkan. Sebab, penis dikendalikan sistem saraf yang tak selalu berada di bawah kendali sadar tuannya. Inilah yang dinamakan sistem saraf otonom, yang juga mengatur detak jantung dan tekanan darah.
Rangsangan seksual umumnya tak terjadi dengan sendirinya. Alam sadar biasanya terlibat dalam hal ini. Namun kebanyakan rangsangan seksual terjadi berkat sistem saraf simpatik.
Saat Anda dalam suasana santai dan merasa gembira, penis dalam kondisi lembek terlihat lebih besar dibandingkan saat kondisi tertekan. Stres psikologis dapat berimbas pada penurunan libido dan masalah ereksi. Baik stres dan kecemasan keduanya merupakan penyebab utama terjadinya disfungsi ereksi sementara. Dengan mengelola stres dan mengendalikan kecemasan, maka fungsi ereksi bisa didapatkan kembali.
Tentu saja tak semua kasus disfungsi ereksi disebabkan oleh masalah psikologis, misalnya stres. Masalah fisik seperti aterosklerosis atau tekanan darah tinggi dapat menghambat aliran darah menuju penis. Diabetes tipe 2 dapat merusak pembuluh darah dan saraf-saraf yang terlibat dalam proses ereksi.
"Konsumsi alkohol yang berlebihan juga bisa mengganggu ereksi," kata Montague. Source