Indonesia, Sebuah negara baru telah muncul di khatulistiwa, begitu kalimat pertama dari 14 halaman tentang ber
ita dan foto-foto Indonesia. majalah LIFE menyebut negara ini sebagai Zamrud Khatulistiwa, negara yang mengagumkan, indah tiada tara, dan subur. Berikut penggalan kalimat dalam majalah tersebut lengkap dengan foto-foto:
Sebenarnya sebelum kemerdekaan pun Indonesia pernah dimuat dalam Majalah LIFE setidaknya dua kali, edisi 7 Desember 1936 yang memuat tentang Raja Surakarta Pakubuwono X, dan edisi 25 Januari 1937, saat Gusti Nurul, Putri Mangkunegara VII Surakarta, menarikan Tari Serimpi di Belanda saat pernikahan Putri Jul
iana dan Pangeran Bernhard. Serta edisi tahun 1946 saat terjadi revolusi besar-besaran di Jawa melawan Belanda.
Tampak Soekarno, Presiden Republik Indonesia dan sang istri Fatmawati, bersama dua anak mereka.
Di dalam artikel ini disebutkan bahwa Indonesia dikenal sebagai "zamrud yang memanjang di khatulistiwa", "kebanggaan Belanda selama 350 tahun". Terlihat foto seorang Prajurit Keraton Yogyakarta membawa tombak di belakang mobil Amerika milik Sultan Jogja.
Majalah LIFE menggunakan istilah "The United States of Indonesia" sebagai konsekuensi perjanjian KMB dimana Indonesia berbentuk federasi. Foto memperlihatkan kampung air di Sungai Musi dan rumah tradisional dari Bali.
Peta diatas menunjukkan Papua masih di tangan Belanda. Rumah Gadang di Sumatra (kanan atas), disebutkan bahwa menurut cerita rakyat Sumatra pada abad 16, seorang Pangeran Sumatra melawan musuh dari Jawa, sang pangeran lebih memilih untuk tanding banteng, dan kemudian menang. Alhasil rumah-rumah disana dibuat meruncing untuk memperingati peristiwa tanding banteng tersebut. Kiri bawah memperlihatkan masjid di Sumatra. Kanan bawah memperlihatkan patung Buddha di Borobudur (kepalanya masih utuh,tidak seperti sekarang banyak yang hilang karena dicuri.
Keunikan kehidupan di Indonesia, disebutkan bahwa kehidupan di Indonesia berjalan lambat, namun justru karena itu tercipta maha karya seni. Saat zaman kolonial, air dan tanah cukup untuk mengh
idupi semua, namun perang banyak menghancurkan area persawahan. Kiri atas menunjukkan wanita Bali berbelanja. Kanan atas memperlihatkan perempuan 16 tahun sedang membatik, kiri bawah tentang seorang pria yang bekerja di tambang minyak, kanan bawah menunjukkan pengrajin kayu dari Jepara yang terkenal dengan ukirannya.
Seorang nelayan Jawa menaiki perahu dengan peci, atribut khas bagi orang Islam Indonesia.
Indonesia: Tanah kaya payung dan mangga. Foto atas: wanita Semarang dengan kebaya dan sarung batik yang indah berjalan di bawah payung bambu bertelanjang kaki. Foto kiri bawah: penjual minuman sirup buah di Semarang. Kanan bawah: panen padi di Jepara.
Atas: Jalan setapak menuju Rembang, nampak para petani membawa hasil pertanian dan terlihat pula pohon kapuk. Kanan bawah: perahu nelayan di Rembang yang diberi warna-warna yang tak lain hanya untuk memenuhi hasrat seni masyarakat Jawa.
Atas: penari Bali menarikan tarian yang diambil dari kisah Ramayana, banyak dari tarian Indonesia yang diambil dari kisah Hindu tersebut. Kiri bawah: Tarian istana untuk Sang Susuhunan Surakarta yang masih muda, tema tariannya "Menciptakan Kesejahteraan". Kanan bawah: seorang kerabat Susuhunan Surakarta menarikan tarian dengan berperan sebagai raja jahat diambil dari kisah Mahabaratha.
Tarian di Indonesia anggun dan unik, tarian Bali dibandingkan Jawa lebih dinamis dan cenderung menampilkan 'kesurupan' roh jahat, sementara tarian di Jawa lebih lembut dan lebih formal. Kedua macam tarian diiringi musik gong yang indah dan para penarinya mengenakan kostum keemasan. Kiri atas dan bawah: tarian di Bali dimana penarinya terhipnotis untuk bertarung dengan roh jahat. Kanan: Putri Istana Surakarta menarikan Tari Serimpi, sebuah mahakarya seni.
Atas: Aktivitas persawahan di Pendang (Padang) Sumatra. Kiri bawah: para pekerja membawa bahan untuk membuat candi di Bali. Kanan bawah: wanita dan anak-anak mandi di sebuah kanal di samping jalanan padat.
Atas: Perkebunan teh dan kina di Bandung. Teh pertama kali diperkenalkan Belanda di Indonesia tahun 1832. Sebelum perang, Indonesia menghasilkan 18 % total teh dunia, karena perang menurun menjadi 4,5 %. Kiri bawah: wanita dan anak-anak mandi di sebuah kanal di samping jalanan padat, air yang dipakai bercampur dengan air bekas cucian, air minum diambil dari sumur. Kanan bawah: wanita Bali membawa pot tanah liat untuk dijual di Klungkung, ibukota tua Bali.
Generasi muda harapan bangsa. Indonesia meraih kemerdekaannya setelah berjuang. Walaupun mayoritas Muslim, pendiri bangsa tidak mencantumkan nama "Muhammad" dalam konstitusinya. Tampak dari kiri: Muhammad Hatta: Perdana Menteri, negosiator kemerdekaan merrangkap Menteri Luar Negeri. Sultan Jogja: Menteri Pertahanan, umur 37 tahun, memimpin pasukan anti Belanda. Anak Agung: Menteri dalam Negeri, raja Bali berumur 30 tahun yang memperjuangkan federalisme dalam pemerintahan baru. Sutan Sjahrir: Negarawan berumur 40 tahun yang dibuang oleh Belanda, dia tidak memiliki kantor namun pengaruhnya sangat luas.
Seorang pangeran yang dulunya berasal dari kasta berkuasa menengok ke dalam Istana Yogyakarta dimana para negarawan sedang bekerja membuat undang-undang.
Sumber foto: "LIFE" MAGAZINE, Edisi 13 Februari 1950